Senin, 24 November 2008

Artikel tentang Open Source

Ayo Gunakan Open Source Software


Berkaca pada negara lain yang sukses mengaplikasikan Open Source, Indonesia seharusnya bisa melakukan hal serupa. Dilihat dari berbagai aspek, Indonesia yang merupakan negara berkembang lebih cocok menggunakan aplikasi berbasis Open Source. Penggunaan Open Source tidak hanya untuk kebutuhan personal atau aplikasi office saja, namun bisa diterapkan menjadi lebih kompleks.

Untunglah pemerintah Indonesia mendukung Open Source yang dibuktikan dengan program Indonesia, Go Open Source! atau lebih dikenal IGOS. Dari program pemerintah tersebut akhirnya berhasil melahirkan inkubator IGOS Center yang saat ini sudah ada di Bandung. Inkubator Open Source tersebut telah berhasil mengembangkan produk tepat guna yang bisa menjadi solusi bagi bangsa Indonesia diantaranya adalah Pemilu. Dibandingkan menggunakan sistem informasi berbasis propiertary, penggunaan sistem berbasis Open Source jelas jauh lebih hemat sehingga bisa menekan dana penyelenggaraan pemilu. Selain itu, penggunaan Open Source akan mengurangi ketergantungan ke pihak asing dalam hal perancangan piranti lunak.
Pendidikan Open Source pun sudah mulai diajarkan mulai dari sekolah dasar. Ini terlihat dari beberapa SD di Yogyakarta yang sudah mulai belajar komputer yang berbasis Open Source. Komputer hasil bantuan dari kerjasama antara Apkomindo Jogja, Ristek dan Biskom tersebut akan sangat membantu perkembangan dunia TI di Indonesia. Berbagai keuntungan akan Anda peroleh ketika menggunakan Open Source, mari gunakan sekarang juga!



Artikel Buku Open Source untuk Sekolah Terus Diperbanyak


Sosialisasi Open Source terus digencarkan Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Sedikit mengubah target sasaran, Ristek bersama komunitas Open Source kini tengah memperbanyak buku-buku panduan Open Source untuk anak sekolah.

Sebelumnya sudah ada enam buku elektronik seputar Open Source yang telah diberikan Ristek kepada Mendiknas Bambang Soedibyo. Buku-buku tersebut diperuntukkan bagi sekolah menengah atas dan setingkatnya.

"Kami sengaja membuat buku tersebut dalam bentuk elektronik, agar banyak orang yang bisa mendownload di beberapa repository," ujar Kemal Prihatman, Asisten Deputi Pengembangan & pemanfaatan TI Ristek.

Kini, kumpulan buku panduan tersebut Open Source terus diperbanyak untuk tingkat pendidikan yang lain. Seperti SMK, SMP dan sekolah dasar. "Kita sudah mulai bekerja dari sekarang, dan tahun depan sasaran kita ke SMK, SMP dan SD akan kita buat kurikulumnya," imbuh Kemal.

Tak hanya itu, para calon guru juga bakal dibekali dengan pengetahuan soal Open Source. Untuk program ini, Ristek bekerja sama dengan UPI Bandung untuk penggodokannya.

Mendiknas pun dikatakan antusias dengan inisiatif Ristek untuk memperbanyak panduan Open Source. Bahkan, Mendiknas juga terus menunggu buku-buku selanjutnya.

"Namun untuk mengubah kurikulum itu berada dalam wewenang Diknas, kita hanya menyiapkan bahan dan modul," tandas Kemal dalan konferensi pers yang berlangsung di kantor Ristek, Kamis (13/11/2008) petang.





Open Source di Indonesia


Belakangan ini istilah "open source" mulai banyak terdengar di berbagai media dan mailing list di Indonesia. Ada yang ingin Pemerintah membuat deklarasi menggunakan open source. Sayangnya banyak yang tidak mengerti dan (mungkin) hanya ingin ikut mendompleng popularitas open source. Nanti kalau kegiatan open source sudah mulai kurang populer, dugaan saya akan rame-rame meninggalkannya.

Konsep open source pada intinya adalah membuka "source code" dari sebuah software. Konsep ini terasa aneh pada awalnya dikarenakan source code merupakan kunci dari sebuah software. Dengan diketahui logika yang ada di source code, maka orang lain semestinya dapat membuat software yang sama fungsinya. Open source hanya sebatas itu. Artinya, dia tidak harus gratis. Saya bisa saja membuat software yang saya buka source codenya, mempatenkan algoritmanya, medaftarkan hak cipta atau copyright, dan tetap menjual software tersebut secara komersial (alias tidak gratis). Meskipun hal ini agak aneh dan tidak intuitif, source code dibuka tapi tetap tidak gratis, hal ini tetap dimungkinkan. Jangan heran dulu. Lah, konsep open source juga dulunya (mungkin masih) bikin orang bingung. Bagi yang ingin mengetahui lebih banyak tentang konsep open source ini, silahkan baca buku Eric S. Raymond, "The Cathedral & The Bazaar: musing on linux and open source by an accidental revolutionary," O'Reilly, 1999.

Salah satu kunci utama dari open source adalah terbukanya source code. Artinya, kalau source code tersebut tidak dibaca, diulik, diubah sana-sini, lantas apa manfaatnya?. Jika memang tidak untuk dilihat, lebih baik ya closed source saja. Lebih baik pakai produk komersial seperti produk Microsoft saja. Ini yang saya tidak mengerti. Ya, saya mengerti bahwa ketersediaan source code dapat digunakan sebagai sebuah jaminan. Namun jika source code ini tidak dimengerti, tidak dioprek, dimana keuntungannya?

Di Indonesia, yang banyak ribut tentang masalah open source saat ini adalah orang-orang yang tidak mengerti masalah coding, source code, dan implikasinya. Berapa banyak orang Indonesia yang terlibat dengan coding open source ini? Lantas mengapa mereka, orang yang tidak mengerti ini, ribut tentang open source? Apa maunya sih? Ataukah ingin mendompleng pada popularitas (hotnya) open source saja? Setelah open source tidak terlalu ramai lagi, mereka pasti akan pindah ke topik berikutnya. Bahkan kalau perlu ikut menyalahkan dan memaki-maki open source. Jadi, kita ini serius atau hanya main-main saja? Kita tunggu saja...